Dengan
cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid.
Usaha guru itu harus di Bantu dengan mengunakan bantuan seperti “feedback” atau
umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid, sumber dan metode-metode
pengajaran tamabahan di mana saja diperlukan usaha tambahan itu dimaksud untuk
memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang
diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan
pelajaran sepenuhnya.
Feedback atau umpan
balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-mula bahan pelajaran di bagi
dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan pelajaran misalnya meliputi bahan
pelajaran satu baba atau buku yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua
minggu. Test formatif itu bersifat diagnostik dan serentak menunjukan kemajuan
atau keberhasilan anak.
Test formatif ini bermacam-macam fungsinya:
- Test formatif mempercepat anak belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-dungguh dalam waktu secukupnya. Test formatif itu menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu di kuasai sepenuhnya sebelum beralih kepada tugas berikutnya.
- Test formatif di berikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru. Pada tarap permulaan pelajaran baru test formatif lebih sering diberikan untuk menjamin penguasaan bahan yang diperlukan untuk memahami pelajaran itu selanjutnya. Pada akhir tiap satu pelajaran, test formatif merupakan alat Bantu untuk menjamin penguasaan atas bahan itu secara tertentu.
- Test formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apresepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya akan diri sendiri yang lebih terutama untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.
- Bagaimana murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran test formatif merupakan alat untuk meningkatkan di mana sebetulnya letak kesulitannya. Jadi test formatif adalah alat untuk mendiagnosisi kelemahan, kesulitan dan kekurangan murid, sehingga ia dapat memperbaikinya, disamping menunjukan kekurangan murid perlu pula diberikan petunjuk bagaimana caranya ia dapat memperbaikinya.
- Test formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka. Tujuan yang harus di capai adalah penguasaan penuh. Test formatif dimaksudkan sebagai alat “assessment” yaitu memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan, karena itu test formatif merupakan bagian yang integral dari proses belajar. Penguasaan tuntas tidak mungkin tanpa test formatif.
- Test formatif juga memberikan umpan balik pada guru, ia mengetahui dimana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari metode lain (Nazulia, 1982: 47-49)
Banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan dalam
menimbulkan feedback antara lain:
- Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran. Merid sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan oleh murid lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.
- Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru itu. Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat belajar sendiri.
- Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. (Syaipul Bahri Djamarah, 2002: 25)
Secara singkat dan umum,
metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam
melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan psikologi belajar, termasuk psikologi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode-metode tertentu untuk memgumpulkan berbagai
data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan
kegiatan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, termasuk proses
pembelajaran pendidikan agama Islam, sangat banyak data psikologis. Data itu
bisa dikumpulkn dengan berbagai cara.
Author,
Alfan Rifqi H.
Editor,
Halimatus Syadiyah
0 komentar:
Post a Comment