Friday, October 31, 2014

Model Pembelajaran Kolb

Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang


Model pembelajaran David Kolb merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada Teori Pembelajaran Eksperiensial (Eksperiential Learning Theory), sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya Experiential Learning : Experience as the Source of Learning and Development (1984). Dalam memahami pengalaman model ELT (Eksperiential Learning Theory) ini mempunyai dua pendekatan yang saling berkaitan, yaitu Pengalaman Konkret dan Konseptualisasi Abstrak, serta ada juga pendekatan untuk mengubah pengalaman, yaitu Observasi Reflektif dan Eksperimentasi Aktif.
Dalam model Kolb, proses belajar yang ideal dalam hubungannya dengan tuntutan-tuntutan situasional melibatkan empat tahap. Agar pembelajaran lebih aktif, keempat pendekatan di atas harus disertakan. Namun, karena individu berusaha menggunakan semua pendekatan tersebut, mereka cenderung mengembangkan kekuatan pada satu pendekatan-pemahaman pemngalaman dan satu pendekatan-transformasi pengalaman. Oleh karena itu, model-model pembelajaran harus mencakup kolaborasi dari pendekatan-pendekatan individual.
Adapun keempat pendekatan-pendekatan yang dimaksut adalah sebagai berikut: 1. Konvergen, pada umumnya pendekatan ini ditandai dengan kemampuan melakukan konseptualisasi abstrak dan eksperimentasi aktif; 2. Divergen, siswa yang memiliki gaya belajar divergen cenderung lebih suka pada pengalaman konkret dan observasi reflektif; 3. Asimilasi, mereka yang berpikir asimilatif biasanya lebih menyukai konseptualisasi abstrak dan observasi reflektif. 4. Akomodasi, pendekatan ini ditandai dengan cenderungnya menggunakan pengalaman konkret  dan eksperimentasi aktif.
Model ini berhasil menemukan metode Learning Style Inventory, yaitu sebuah metode penilaian yang digunakan untuk menentukan gaya belajar individu. Setiap individu bisa saja memiliki memiliki salah satu keempat pendekatan di atas, tergantung pada bagaimana mereka mendekati pembelajaran melalui model teori belajar eksperimental.
Meskipun model Kolb sudah diterima di masyarakat luas dengan dukungan empiris yang memadai, tetapi banyak studi akhir-akhir ini menyatakan bahwa LSI (Learning Style Inventory) masih dianggap gagal.


Sumber : Huda, Miftahul. 2013. MODEL-MODEL PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN : ISU-ISU METODIS DAN PARADIGMATIS. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR

Thursday, October 30, 2014

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KURIKULUM 2013


Oleh Nabela Ilma Yenisa
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Rencana pelaksanaan pembelajaran atau biasa disebut dengan RPP, yaitu sebuah rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat sebelum melakukan pengajaran kepada siswa di sekolah. RPP tersebut digunakan untuk mempermudah apa yang akan disampaikan dikelas. Didalam RPP tercangkup : (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/ semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran, metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.
            Pada kurikulum 2013, RPP lebih menekankan pada penilaian siswa misalnya tingkah laku siswa didalam kelas dalam proses pembelajaran selalu dinilai. Hal itu bertujuan untuk memberikan semangat/ dorongan kepada siswa supaya ikut aktif dalam proses pembelajaran. RPP yang dibuat tidak boleh menyimpang dari tujuan Kurikulum 2013 yaitu untuk menghasilkan siswa menjadi manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar/ ifelong learner. Pada kurikulum 2013 ini guru membuat pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga dapat mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu (curiousity), kreativitas, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. Pengembangan RPP yang baik akan mengembangkan potensi membaca dan menulis siswa yang bertujuan untuk memberikan umpan balik,maksudnya di saat seorang guru menjelaskan suatu materi pembelajaran,seorang guru hendaknya juga memberikan suatu pertanyaan agar siswa bisa beragumen menurut dirinya masing-masing tentang materi pembelajaran.
Di dalam RPP, setelah guru mengadakan suatu test atau ulangan, hendaknya guru mengadakan remidi yang bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

     Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. 

     Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
  1.  Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
  2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
  3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.


     Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya :


  1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
  2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
  3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Penulis    : M. Albir Damara  | 1102413095
Editor     : Agus Adi Rahmat | 1102413093

Wednesday, October 29, 2014

Model Pembelajaran Simpson

Oleh Darsiyah
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Suatu pembelajaran memiliki tujuan perubahan untuk menjadi lebih baik, dan hal ini tidak lepas dari tiga aspek yang menjadi sasaran yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan aspek afektif. Dalam menerapkan pembelajaranpun dibutuhkan suatu strategi atau metode agar tujuan dari pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermanfaat dan dapat diterima oleh siswa atau peserta didik dengan baik.
Pembelajaran memiliki tiga aspek yang menjadi sasaran dalam pencapaian tujuan, seperti : 1. Aspek kognitif, aspek kognitif yaitu aspek yang berkenaan dengan ilmu dan kecerdasan. 2. Aspek afektif, aspek afektif yaitu aspek yang berkenaan dengan perilaku, dimana hasil dari pembelajaran yaitu dapat menjadikan perilaku untuk menjadi lebih baik. 3. Aspek psikomotorik, aspek psikomotorik yaitu aspek yang berkenaan dengan panca indera, dimana pembelajaran melibatkan panca indera dalam pelaksanaannya.
Kali ini akan membahas model pembelajaran simpson atau model pembelajaran yang didasarkan pada ranah psikomotorik, atau yang dikemal juga dengan model taksonomi ranah psikomotor. Ranah psikomotor mencakup gerakan fisik, koordinasi dan skill-skill motorik. Pengembangan skill-skill ini mengharuskan praktek secara bercontinue untuk mendapatkan hasil yang maksimal  yang dapat diukur berdasarkan kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur atau teknik-teknik eksekusi.
Ada 7 kategori ranah ini, yang diurut berdasarkan perilaku paling sederhana sampai perilaku yang kompleks, yaitu :
1.    Persepsi
Persepsi merupakan kemampuan menggunakan isyarat-isyarat sensorik utnuk memandu aktivitas motorik. Persepsi mencakup mulai dari stimulasi sensorik, melalui seleksi isyarat, hingga penerjemah.
2.    Keteraturan
Kemampuan ini mencerminkan kesiapan dalam bertindak, mencakup faktor-faktor mental, fisik, dan emosional. Kemampuan ini sering dikenal dengan mindset.
3.    Respons terbimbing
Respons semacam ini biasanya menjadi tahap awal dalam mempelajari skill yang kompleks.
4.    Mekanisme
Tahap ini merupakan tahap pertengahan dalam mempelajari skill yang kompleks. Respons yang dipelejari sudah mulai menjadi semacam kebiasaan.  
5.    Respons cepat
Tahap ini sudah menunjukkan perforam motorik yang skillful, yang melibatkan pola-pola gerakan yang kompleks.
6.    Adaptasi
Pada tahap ini, skill-skill sudah berkembang dengan baik, dan individu sudah memodifikasi pola-pola gerakannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu yang berbeda.
7.    Inisiasi
Mereka yang sampai pada tahap ini sudah dapat menciptakan pola-pola gerakan yang baru untuk penyesuaian situasi atau problem tertentu. Juga mencakup hasil-hasil pembelajaran yang menekankan pada kreativitas berbasis skill-skill tingkat tinggi.

        Ketujuh ranah tersebut menjadi suatu tingkatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model simpson. Dalam penerapan yang terstruktur diharapkan hasil pembelajaran akanmaksimal dan tujuan dari pembelajaran tercapai. 

Tuesday, October 28, 2014

Botol Kosong, Harus Diisi Apa?

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih kompeten, perkembangan pendidikan semakin berkembang dengan cepat, ditandai dengan pergantian kurikulum serta banyaknya metode dan teori-teori belajar yang diterapkan didalam dunia pendidikan. Siswa sebagai obyek utama dalam dunia pendidikan harus dirancang dengan baik agar dapat dihasilkan sumber daya manusia yang berkompeten. Perkembangan dan kemajuan pada suatu bangsa juga sangat berpengaruh pada kompetensi sumber daya manusianya, seperti contohnya negara Singapura yang memiliki keterbatasan diberbagai sector bidang baik sumber daya alam maupun populasi sumber daya manusianya, namun mereka mampu mengelola dan memaksimalkan keterbatasan itu dengan sebaik-baiknya. Terutama yang paling berpengaruh pada kemajuan sumber daya manusia yang mampu bersaing di kelas dunia dan bisa menjadikan negaranya sejajar dengan negara maju. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki semua komponen dapat pula seperti negara Singapura, dengan kata kuncinya pada kemajuan sumber daya manusia yang kompeten. Indonesia dikaruniai sumberdaya alam yang berlimpah dan sumberdaya manusia yang populasi penduduknya sangat tinggi bahkan masuk dalam 5 besar negara terpadat di dunia. Dengan kelebihan ini mungkin Indonesia dapat memaksimalkan segala potensi yang ada untuk kemajuan negaranya, terutama pada pembinaan sumberdaya manusia. Sumberdaya alam berlimpah namun dalam mengelolanya kurang maka tidak akan maksimal dikelola dan dimanfaatkan untuk perkembangan kemajuan bangsa.
Dari hal ini kita perlu pembinaan sumberdaya manusia sejak dini dimulai dari sekolah. Sekolah sebagai lembaga penggagas dan pencetak sumberdaya manusia yang kompeten harus memiliki serta menerapkan pengantar pendidikan yang efektif agar siswa dapat diarahkan sesuai apa yang kita inginkan, maka peran guru sebagai tenaga pendidik harus dapat mengisi pikiran-pikiran peserta didik untuk dapat menjadi sumberdaya manusia yang unggul. Siswa merupakan botol kosong yang belum terisi apa-apa, nah, peran guru disini sebagi pengisi botol kosong tersebut. Dalam penerapan pembelajaran siswa harus disesuaikan dengan teori belajar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diharapakan. Dapat kita ambil contoh seperti teori belajar behavioristik, teori ini sangat berguna untuk siswa dalam membina perilaku dan moral-moral serta karakter seorang siswa, dalam teori ini siswa juga diharapkan dapat memposisikan dirinya sebagai makhluk berketuhan dan mampu connect dengan sesamanya. Inti dari teori ini merupakan penerapan sikap seseorang dalam segala aspek, jadi teori ini sangat berguna untuk pembentukan sikap dan moral yang baik pada sumberdaya manusia yang kompeten. Sedangkan dalam aspek berfikir siswa juga harus mampu menguasai teori kognitifisme, teori ini berlandaskan pada kemampuan manusia dalam berfikir rasional serta ilmiah. Dalam penerapan teori ini manusia dianjurkan mampu mengoptimalkan kerja otak untuk dapat memecahkan suatu masalah serta penggunaan naluri agar seimbang antara pemikiran rasional dan nonsubkotuler. Teori ini diharapkan dapat membina siswa sebagai penemu-penemu serta pemecah suatu masalah yang sering terjadi pada konteks kehidupan, serta teori ini dirujukan untuk dapat membentuk sumberdaya manusia yang mampu berfikir cerdas, kritis dan tanggap terhadap suatu masalah berdasarkan pada pemikirannya.
Penggunaan teori-teori belajar yang tepat sasaran dalam membentuk sumberdaya manusia yang kompeten harus tepat sasaran serta tidak tertuju hanya pada satu teori belajar saja, selain teori belajar yang telah disebutkan tadi, masih banyak teori-teori belajar yang lain sebagai upaya pewujudan sumberdaya manusia yang kompeten. Penggabungan teori belajar ini diharapakan siswa mampu membentuk karakter serta jiwa sumberdaya manusia yang bersifat kontekstual dan unggul dalam berbagai bidang. Maka peran serta semua elemen harus sinkron agar siswa sebagai botol kosong dapat terisi unsur-unsur yang dibutuhkannya untuk menjadi sumberdaya manusia yang kompeten dan mampu bersaing dikalangan global serta mampu menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang maju kedepannya dalam segala bidang.

Writer : Slamet Zaenal A.
Editor : Diwinda Okta P. / 1102413098

Model pembelajaran George Betts

Oleh Diwan Aprillia
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

 Model pembelajaran yang didasarkan pada konsep pembelajar mandiri dimana seseorang mampu menyelesaikan masalahnya tanpa banyak dibantu banyak oleh orang lain sehingga mampu untuk memilih bidang tindakan yang dikehendakinya.
  Prof. Geoege Betts bersama Jolene Kercher menciptakan model ini agar siswa-siswa yang berbakat terdorong dengan pola pembelajaran yang self-directed. Tujuan model ini untuk memfasilitasi perkembangan siswa agar lebih mandiri, dengan pengembangan skill, konsep, sikap dalam ranah kognitif, emosional dan social.
  Dalam model ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan dengan menggunakan pendekatan fleksibel model ini dapat diterapkan dalam berbagai jenis kelas seperti regular, kelompok kecil, kursus, atau bidang pembelajaran tertentu.fokus utama model ini adalah belajar seumur hidup. Lima dimensi model George Betts :
1.        Orientasi – bakat dan potensi
2.        Pengembangan individual – intra/interpersonal
3.        Kekayaan – pelajaran
4.        Seminar – presentasi kelompok mengenai persoalan umum
5.        Studi mendalam – proyek-proyek individu atau kelompok

Dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan terlibat dalam pembelajaran yang mendalam, jadi siswa tidak hanya sekedar mengkover topic yang luas.

Monday, October 27, 2014

Model Renzulli

Oleh Mubashiroh
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
mubashiroh07@gmail.com

        Salah satu teoritikus paling berpengaruh adalah Joseph Renzulli. Kajiannya berfokus pada trilogi karakteristik, kemampuan di atas rata-rata, komitmen tugas, dan kreativitas. Model ini terkenal karena sifatnya inklusif, yang memilki banyak pengaruh terhadap siswa-siswa di sekolah baik yang berbakat maupun yang tidak berbakat. Bagi siswa yang berbakat, ia menyajikan model pendidikan yang positif.
Dalam model ini renzulli mendiskripsikan model organisasional dan service delivery, yang memiliki tiga komponen. Tipe satu pengayaan (pengalaman eksplorasi umum), Tipe kedua pengayaan (aktivitas-aktivitas latihan kelompk), dan tipe ketiga pengayaan (investigasi individu atau kelompok kecil pada masalah-masalah nyata). Joseph Renzulli menciptakan model ini secara khusus untuk pendidikan siswa-siswa berbakat, sehingga guru dapat menyediakan program-program yang secara kualitatif benar-benar berbeda. Elemen-elemen organisasional yang ada dalam model pembelajaran ini diantaranya mencakup tim perencanaan-pengayaan, penilaian kebutuhan, pengembangan staf, seleksi materi, dan evaluasi program. Komponen service delivery adalah pelajaran-pelajaran untuk mendukung pengembangan proses berpikir, prosedur pengubahan kurikulum regular, dan pemadatan kurikulum.
Model trilogy pengayaan terdiri dari tiga tipe pengayaan. Tipe satu – Minat umum/kegiatan eksploratoris. Aktivitas ini dirancang unutk memberi siswa pengalaman yang mencakup darmawisata, pusat-pusat hobi, dan sesi-sesi brainstorming. Tipe kedua aktivitas latihan/pengambilan skill. Aktivitas ini dirancang untuk mengembangkan proses berpikir dan berperasaan. Kegiatnnya berupa siswa dilibatkan dalam berpikir, merancang, bereksperimentasi, menganalisis, merekam, dan mengklasifikasikan sesuatu. Skill yang dikembangkan diantaranya berpikir kritis dan kreatif, bagiamana belajar, serta bagaiamana berkomunuikasi secara efektif. Tipe ketiga investigasi individu dan kelompok kecil pada masalah-masalah nyata. Kegiatan ini harus menerapkan tipe pertama dan kedua. Mereka akan menjadi investigator atas masalah-masalah nyata mulai penelitian sampai mempresentasikan hasil penelitian. Aktivitas tipe ini mencakup pencarian, berdebat, survey, membuat presentasi, menulis hasil presentasi.
Yang terpenting dalam model Trilogi Pengayaan Renzulli adalah siswa harus bekerja pada tipe pertama dan kedua untuk mendukung level yang ketiga. Aktivitas tipe ketiga lebih sesuai untuk siswa-siswa berbakat karena aktivitas ini membutuhkan kreativitas yang tinggi.


Saturday, October 25, 2014

Model Role Playing Untuk Mapel Bahasa Indonesia

Oleh Ali Rosyid
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
alie.rossyid@gmail.com
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunakan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah untuk mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat mebosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut.

Untuk itu perlunya suatu metode yang mampu memberikan gambaran nyata sekaligus siswa melakukan sehingga dengan mudah memahaminya. Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan metode role play. Metode role play ini akan memberikan pemahaman dengan cara siswa berperan sebagai tokoh yang ada dalam cerita pendek. Untuk dapat membawakan peran tokoh tersebut siswa harus memahami karakter tokoh yang akan di perankan. Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Pengambangan imajinasi dan penghayatan dilakikan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Pemain ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung pada apa yang diperankan. Role Playing adalah suatu tiruan yang bersifat drama yang diperankan oleh dua orang atau lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan tertentu.

Role playing atau sosiodrama adalah sandiwara tanpa naskah (skript) dan tanpa latihan terlebih dahulu,sehingga dilakukan secara spontan. Masalah yang didramatisasikan adalah mengenai situasi sosial. Menurut Mulyasa (2006), bermain peran (Role Playing) diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antrmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Kelebihan metode Role Playing adalah sebagai berikut:
1.    Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memejukan kemampuannya dalam bekerjasama.
2.    Siswa dapat mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
3.    Permainan merupakan penemuan yang mudah dan padat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbada.
4.    Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan permainan.

Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang akan disampaikan.

Metode role play menurut Asri Budiningsih daptat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan memainkan peran, melakukan wawancara untuk mengetahui maksud pelajaran dan sebagainnya. Metode role play sangat cocok diterapkan ketika pengajar melakukan pembelajaran berbicara dengan dibantu dengan gambar. Pertama-tama, siswa dibagi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Sebelumnya pengajar menyediakan gambar sebanyak jumlah siswa. Dalam gambar tersebut sudah diberi tanda atau tulisan siapa yang menjadi lawan bicaranya. Siswa yang lain mencari pasangan bicaranya. Setelah menemukan, siswa yang mencari tersebut berusaha untuk mengorek keterangan tentang gambar yang dipegang masing-masing siswa (boleh ditambah sendiri), tetapi siswa yang diajak bicara diberi tahu supaya jangan menjawab secara langsung benda yang dipegangnya.

Dengan kegiatan ini, siswa saling berusaha untuk mencari dan memainkan strategi untuk mengetahui banda teman bicaranya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah selesai melakukan kegiatan tersubut, pengajar memberikan pengarahan sekaligus bertanya tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa yang dapat mengetahaui benda lawan bicaranya diberi penghargaan.

SILABUS


Oleh Aida  Rosmaniar
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang

Silabus adalah bagian rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Manfaat silabus sendiri sebagai pedoman dalam pengem­bangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD.
Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus.
Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum. Produk pengembangan kurikulum ini memuat pokok-pokok pikiran yang memberikan rambu-rambu dalam menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (a) kompetensi apa yang hendak dikuasai peserta didik, (b) bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk menguasai kompetensi itu, dan (c) bagaimana mengetahui tingkat pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Dari sini jelas bahwa silabus memuat pokok-pokok kompetensi dan materi, pokok-pokok strategi pembelajaran dan pokok-pokok penilaian.
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life skill).

Friday, October 24, 2014

Model Pendekatan Role Playing untuk Mapel Bahasa Inggris

Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Role Playing atau bermain peran adalah suatu pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran yang menggunakan permainan gerak yang di dalamnya terdapat suatu tujuan, aturan, dan edutainment. Pendekatan Role Playing (RP) ini dilakukan diluar kelas, meskipun kenyataannya di dalam kelas, tetapi siswa berimajinasi seolah-olah melakukannya di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Role Playing merupkan salah satu cara yang digunakan untuk mengusai materi pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa, yaitu dalam memainkan peran seorang tokoh hidup atau benda mati. Permaianan ini biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang, bergantung pada skenarionya. Pendekatan RP ini ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi permasalahan yang dihadapi secara nyata. Dalam pendekatan ini siswa menjadi subyek pembelajaran, sehingga siswa aktif dalam bertanya dan menjawab bersama teman-temannya pada situasi tertentu. RP dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, termasuk mapel bahasa Inggris. Dalam mata pelajaran bahasa Inggris seperti materi tenses dan penggunaan subyek, kata kerja, dan obyek. Untuk lebih jelasnya kita langsung melihat Sintak strategi Role sebagai berikut : 1). Guru membagi kelompok dan satu kelompok 5 orang; 2). Kemudian guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, yaitu melatih anak dalam penggunaan subject, Verb, Object, adverb dan cara mengungkapkan kalimat bahasa Inggris yang baik dan benar; 3). Guru menjelaskan aturan permainan, yaitu satu kelompok ada 5 siswa, jadi satu siswa harus mengungkapkan satu kata (1.subject; 2.verb; 3.object; 4.adverb of manner/adverb of Place, 5.adverb of time) antara satu siswa dengan siswa lain dalam satu kelompok tidak boleh sama. Ketika mengungkapkan, siswa juga harus memperagakan apa yang diucapkan; 4). Setelah itu, hasil dari kata-kata yang diucapkan menjadi kalimat tadi ditulis di lembar kertas; 5). Siswa menyampaikan hasilnya di depan kelas; 6). Guru memberikan kesimpulan dan mengevaluasi secara umum.
Dalam pendekatan RP ada beberapa kelebihan yang bisa doperoleh siswa, yaitu: 1. Proses pembelajaran menjadi asyik, menarik, dan terkesan dan ilmu yang didapat menjadi teringat sampai jangka waktu yang lama; 2. Membuat siswa menjadi aktif, sehingga kelas menjadi lebih dinamis dan antusiatis; 3. Menumbuhkan rasa semangat optimisme dalam belajar dan menumbuhkan dalam kebersamaan; 4. Membuat siswa bisa langsung memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.
Selain itu, pendekatan Role Playing juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diantisipasi dan dievaluasi, diantaranya yaitu : 1. Membutuhkan waktu yang banyak; 2. Kesulitan dalam memerankan peran jika tidak dilatih dengan baik; 3. Hanya bisa diterapkan dalam suasana kelas yang kondusif; 4. Membutuhkan persiapan yang matang untuk hasil yang maksimal; 5. Hanya bisa diterapkan dalam mata pelajaran tertentu saja.


Sumber : Huda, Miftahul. 2013. MODEL-MODEL PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN : ISU-ISU METODIS DAN PARADIGMATIS. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR

Pentingnya Evaluasi Pembelajaran



Proses berlangsungnya pembelajaran dapat dilakukan dimana pun dan kapanpun bahkan oleh siapapun. Dengan adanya proses interaksi yang terjadi atara guru dengan siswa atau dosen dengan mahasiswanya diharapkan keduanya bisa mengikuti aturan main didalam proses berlangsungnya pembelajaran. Setiap tenaga pendidik mempunyai peran dan tanggung jawab kepada peserta didiknya untuk memberikan bimbingan. Oleh karena itu yang perlu dilakukan oleh para pendidik adalah membuat atau menyusun rancangan pembelajaran untuk mengajar didalam kelas. Penyusunan dari awal sampai akhir harus jelas dan runtut agar hasil yang diharapkan dari tujuan pendidikan tersebut bisa tercapai.
Termasuk memikirkan juga bagaimana bentuk evaluasi pembelajaran yang di rencanakan untuk diterapkan di kelas. Pada akhir sebuah proses pemebelajaran yang dilakukan oleh setiap peserta didik adalah melakukan evaluasi atau mengulang materi yang pernah disampaikan dan dijadikan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana siswa atau peserta didik memahami hasil studinya dan selanjutnya dijadikan perbandingan bagi tenaga pendidik. Ada berbagai bentuk evaluasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran, karena evaluasi pembelajaran sendiri menjadi bagian yang penting dalam sebuah kurikulum. Memang evaluasi merupakan bagian akhir disebuah pembelajaran, namun itu sudah menjadi satu kesatuan yang sintak untuk menunjang pembelajaran. Agar peserta didik mengetahui kemampuan dalam sebuah bidang studi tertentu.
Evaluasi yang dilakukan sejak menempuh sekolah dasar, menengah awal, menengah akhir dan sampai kepada perguruan tinggi sangat bermanfaat untuk membuktikan bahwa orang tersebut mempunyai nilai nilai yang dapat digunakan untuk melanjutkan kesetiap jenjang pendidikan. Namanya juga proses penilaian maka hasil karya dari siswa atau peserta didik patut untuk dihargai dengan adanya progam evaluasi pembelajaran tersebut. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh satu pihak, guru dan siswa mempunyai kewajiban mengevaluasi masing-masing yang menjadi kebutuhan bagi keduanya. Agar kedepannya dalam proses pembelajaran selalu ada peningkatan setelah memaksimalkan proses evaluasi dalam pembelajaran.

Author,
Rizky Dhito Hutomo

Editor,
Halimatus Syadiyah