Wednesday, December 31, 2014

Teori Anak Usia Dini dalam Proses Pembelajaran

Oleh : Slamet Zainal A.
slametzainal_abidin@yahoo.com

Masa usia dini merupakan masa pengenalan anak terhadap lingkungan sekitar, pada masa ini anak akan meniru, mempraktekan serta menerima semua yang diperolehnya dari lingkungan sekitar. Stimulus yang diberikan bisa berupa tindakan orang tua yang ditiru, maupun dari tekanan alam yang bisa merubah pola tingkah laku anak. Namun yang lebih utama berasal dari lingkungan sosial anak yang merupakan area mereka dalam melakukan semua tindakan keseharian mereka khuususnya kebutuhan mereka dalam bermain. emua anak di dunia ini dari kalangan manapun mereka berasal, pasti gemar bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti berkerja yang selalu dilakukan orang dewasa dalam rangka mencapai suatu hasi akhir.
Dua ciri utama bermain, yaitu pertama semua aktivitas bermain representasional menciptakan imajiner yang memungkinkan anak untuk menghadapi keinginan-keinginan yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata, dan kedua bermain representasional memuat aturan-aturan prilaku yang harus diikuti oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain. Bermain merupakan kebutuhan semua anak, terlebih lagi bagi anak-anak yang berada direntang usia 3-6 tahun. Bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan anak-anak dengan atau tanpa mepergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban. Pada saat pembelajaran berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan baik termasuk didalamnya perkembangan kreativitas.
    Maka dalam proses pembelajar guru maupun lingkungan serta peroses pembelajaran harus menyesuaikan dengan kondisi si anak agar dihsilkan proses pembelajaran yang dapat diterima siswa serta mampu memberikan kenyamanan bagi siswa, dimana dalam proses pembelajaran ini siswa tidak mengalami tekanan yang berlebihan yang justrus bisa berdampak pada kondisi psikis siswa. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasai dalam rangka pencapaian kopetensi yang harus dimiliki oleh anak. Pada dasarnya pengembangan program pembelajaran merupakan pengembangan sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang dapat memperkaya pengalaman bermain anak tentang berbagai hal, seperti cara berpikir teentang diri sendiri, tanggap pada pertanyaan, dapat memberikan argumen untuk mencari berbagai alternatif.
Adapun tujuan proses pembelajaran pada anak usia dini adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahap berikutnya. Untuk mencapai tujuan progran pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak usia dini yang berorientasi pada: (1) Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan disetiap rentang usia anak; (2) materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karekteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan taraf perkembangan anak; (3) metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan; (4) media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi; (5) evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assesmentmelalui observasi parsitipan terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak. Maka perlu adanya teori pembelajaran yang mampu mengarahkan anak pada proses pertumbuhan dan perkembangangan baik psikis, afeksi maupun perkembangan intelektual siswa. Tentunya dengan kesimbangan pada semua aspek yang menunjang dalam perkembangan siswa baik itu dari kurikulum, tenaga pengajar, lingkungan, maupun dalam proses pembelajrannya. Diharapkan dengan keseimbangan ini serta dengan acuan teori yang tepat maka akan didapatkan output peserta didik yang sesuai dengan perkembangannya.

0 komentar:

Post a Comment