Wednesday, December 31, 2014

Teori Belajar Bahasa

Oleh : Slamet Zainal A.
slametzainal_abidin@yahoo.com

Dapat berpikir dan berbahasa merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya, maka sering disebut manusia sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial. Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. Dengan bahasanya, manusia berkomunikasi untuk bersosialisasi dan menyampaikan hasil pemikirannya. Salah satu objek pemikiran manusia adalah bagaimana manusia dapat berbahasa. Bahasa anak adalah sistem yang sah dari sistem mereka. Perkembangan bahasa anak bukanlah proses perkembangan sedikit demi sedikit stuktur yang salah, bukan dari bahasa tahap pertama yang lebih banyak salahnya ke tahap berikutnya, tetapi bahasa anak pada setiap tahapan itu sistematik dalam arti anak secara terus menerus membentuk hipotesis dengan dasar masukan yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri dan pemahamannya. Selama bahasa anak itu berkembang hipotesis itu terus direvisi, dibentuk lagi atau kadang-kadang dipertahankan. Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada sejauh mana keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan lingkungannya.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan tersebut meliputi: (a) Asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif, (b) Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru (c) Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya, (d) Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
Adapun proses belajar bahasa terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. Proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami. Sedangkan proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan usia anak. Proses belajar bahasa didapat melalui: enaktif yaitu aktivitas untuk memahami lingkungan; ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal; simbolik yaitu memahami gagasan-gagasan abstrak. Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Penjelasan mendetail dari guru belum tentu mencerminkan pemahaman siswa mengerti kata-kata ilmiahnya, tapi tidak memahami konsepnya. Namun jika siswa telah mencobanya sendiri, maka pemahaman yang didapat tidak hanya berupa kata-kata saja, namun berupa konsep.
Setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri, memilih dan mengusulkan aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan, kemampuan, dan kesenangannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator pengajaran, bukan menyampaikan pengetahuan. Dimana dalam perkembangannya guru harus mampu menjadi penyampai pesan yang baik serta mampu diteri oleh siswa. Adapun penyampaian bahasa yang baik dalam konteks guru terhadap siswa adalah sebagai berikut; (1) Sangat menekankan kepada komunikasi yang bermakna berdasarkan sudut pandang siswa. Teks harus otentik, tugas-tugas harus kommunikatif, Outcome menyesuaikan dan tidak ditentukan atau ditargetkan sebelumnya, (2) Pendekatan ini berfokus pada siswa dengan menghargai existensi setiap individu, (3) Pembelajaran digambarkan sebagai sebuah penerapan pengalaman individual dimana siswa memiliki kesempatan berbicara dalam proses pengambilan keputusan, (4) Siswa lain sebagai kelompok suporter dimana mereka saling berinteraksi, saling membantu dan saling mengevaluasi satu sama lain, (5) Guru berperan sebagai fasilitator yang lebih memperhatikan atmosphere kelas dibanding silabus materi yang digunakan, (6) Materi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan siswa, (7) Bahasa ibu para siswa dianggap sebagai alat yang sangat membantu jika diperlukan untuk memahami dan merumuskan hipotesa bahasa yang dipelajari.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penerapannya guru harus mampu mengkomunikasikan scara baik apa yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi salah persepsi serta timbulnya kebingungan pada siswa yang justru bisa membuatnya tidak bisa menerima pelajaran dengan baik dan terganggunya proses pembelajaran.

0 komentar:

Post a Comment