Oleh : Linda Rakhmawati
Humanistik
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Kemampuan bertindak
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan
kemampuan positif. Humanistik ini menitik beratkan pada interperseonal suatu individu. Selain
pada hubungan interpersonal, para pendidik yang beraliran humanistik juga
mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi.
Menurut
aliran humanistik ini, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih
tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan siswa. Menurut ahli psikologi humanistik, bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik dan juga belajar.
Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan
memaksakan anak belajar sesuatu yang mereka belum siap. Pemaksaan dalam belajar
ini dapat mengganggu psikologis seorang anak ketika belum siap namun dipaksa.
Peran
guru disini ialah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi
kebutuhannya. Sehingga siswa merasa nyaman asyik melalui pelayanan guru
terhadapnya serta guru mampu menciptakan kondisi belajar yang asyik membuat
siswa tidak merasakan keterpaksaan untuk belajar sesuatu.
Belajar
yang efektif ini melibatkan jiwa seseorang untuk dapat menyatu dengan situasi
dan kondisi akan pembelajaran. Misalnya
belajar pada anak-anak sekolah dasar yang umumnya cenderung sukar diajak
berkomunikasi dengan baik karena pada masa itu ialah masa kanak-kanak yang
hanya bermain-main saja. Seorang anak ketika tidak mau belajar jangan tetap
dipaksakan, karena selain mengganggu psikologi anak tersebut juga membuat siswa
tersebut menjadi takut akan yang namanya belajar.
Belajar
pada sekolah dasar atau pra-sekolah dasar dapat mengkombinasikan dengan
bermain. Materi yang disajikan oleh guru janganlah monoton materi biasa, namun
kombinasikan dengan teknik belajar dengan bermain sehingga siswa mau akan
mengikuti pembelajaran. Jangan dilakukan di kelas saja usahakan juga dilakukan
di luar kelas sekaligus bermain tanpa ada beban tetapi tetap materi yang sudah
merupakan indikator bahan ajar haruslah tercapai. Guru juga harus bisa memahami
jiwa/psikis masing-masing anak agar mengetahui metode dalam pembelajaran
nantinya.
0 komentar:
Post a Comment