Friday, November 28, 2014

Teori Belajar Humanistik



Oleh : Linda Rakhmawati


Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif. Humanistik ini menitik beratkan  pada interperseonal suatu individu. Selain pada hubungan interpersonal, para pendidik yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.


Menurut aliran humanistik ini, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa. Menurut ahli psikologi humanistik, bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik dan juga belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu yang mereka belum siap. Pemaksaan dalam belajar ini dapat mengganggu psikologis seorang anak ketika belum siap namun dipaksa.
Peran guru disini ialah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga siswa merasa nyaman asyik melalui pelayanan guru terhadapnya serta guru mampu menciptakan kondisi belajar yang asyik membuat siswa tidak merasakan keterpaksaan untuk belajar sesuatu.
Belajar yang efektif ini melibatkan jiwa seseorang untuk dapat menyatu dengan situasi dan kondisi akan pembelajaran. Misalnya  belajar pada anak-anak sekolah dasar yang umumnya cenderung sukar diajak berkomunikasi dengan baik karena pada masa itu ialah masa kanak-kanak yang hanya bermain-main saja. Seorang anak ketika tidak mau belajar jangan tetap dipaksakan, karena selain mengganggu psikologi anak tersebut juga membuat siswa tersebut menjadi takut akan yang namanya belajar.
Belajar pada sekolah dasar atau pra-sekolah dasar dapat mengkombinasikan dengan bermain. Materi yang disajikan oleh guru janganlah monoton materi biasa, namun kombinasikan dengan teknik belajar dengan bermain sehingga siswa mau akan mengikuti pembelajaran. Jangan dilakukan di kelas saja usahakan juga dilakukan di luar kelas sekaligus bermain tanpa ada beban tetapi tetap materi yang sudah merupakan indikator bahan ajar haruslah tercapai. Guru juga harus bisa memahami jiwa/psikis masing-masing anak agar mengetahui metode dalam pembelajaran nantinya.

0 komentar:

Post a Comment