Friday, November 28, 2014

Teori Behavioristik dan Rumpunnya



Oleh : Linda Rakhmawati

Behaviorisme ialah menekankan perilaku atau tingkah laku. Belajar ialah pembentukan hubungan stimulus respons sebanyak-banyaknya.  Pembentukan stimulus respons dilakukan melalui ulangan-ulangan. Belajar pada dasarnya ialah suatu proses pengulangan apa yang telah diajarkan kepada siswa. Proses pembelajaran pada siswa ini mengacu pada stimulus yang diberikan oleh guru serta menekankan perilaku atau tingkah laku dari siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun rumpun-rumpun  behaviorisme ini antara lain:
Koneksionisme, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Seorang  guru memberikan stimulus kepada siswanya, kemudian siswa merespon atas stimuli yang guru berikan. Proses tersebut berulang-ulang sehingga pembelajaran terjadi saat adanya interaksi tersebut. Pada pengulangan stimuli maupun respon dapat dengan rangsangan guru yang bersifat memacu semangat/motivasi sehingga stimuli yang dihasilkan oleh siswa akan lebih optimal.
Teori pengkondisian (conditing), belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Kondisi ini melihat adanya kondisi pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga fleksibel sesuai apa yang sedang terjadi di dalam proses pembelajaran.
Teori penguatan, (reinforcement). Pada teori pengkondisian yang diberi kondisi ialah perangsangnya/stimulinya, sedangkan pada teori penguatan yang di kondisi ialah pada responsnya. Sehingga siswa pada saat merespon stimuli dari guru, ketika mengalami keraguan atas pemahaman materi yang diajarkan, guru memberikan penguatan terhadap responsnya yaitu pada siswa.
Teori kognitive-gestalt, menekankan pada peristiwa mental bukan lagi hubungan stimulus dengan respons. Menurut gestalt belajar ialah siswa harus dapat memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar ialah mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu. Peristiwa mental tersebut berupa keseimbangan dalam sebuah pembelajaran di kelas. Seperti kita ketahui bahwasannya belajar di kelas membutuhkan peristiwa mental yang dibangun dari guru maupun siswanya untuk saling berinteraksi satu dengan lainnya, sehingga menimbulkan keteraturan dalam belajar yang lebih efektif, efisien serta terarah menjadikan suatu  pembelajaran yang berjalan secara optimal.

0 komentar:

Post a Comment