Oleh : Linda Rakhmawati
Behaviorisme
ialah menekankan perilaku atau tingkah laku. Belajar ialah pembentukan hubungan
stimulus respons sebanyak-banyaknya. Pembentukan stimulus respons dilakukan melalui
ulangan-ulangan. Belajar pada dasarnya ialah suatu proses pengulangan apa yang
telah diajarkan kepada siswa. Proses pembelajaran pada siswa ini mengacu pada
stimulus yang diberikan oleh guru serta menekankan perilaku atau tingkah laku
dari siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun
rumpun-rumpun behaviorisme ini antara
lain:
Koneksionisme,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Seorang guru memberikan stimulus kepada siswanya,
kemudian siswa merespon atas stimuli yang guru berikan. Proses tersebut berulang-ulang
sehingga pembelajaran terjadi saat adanya interaksi tersebut. Pada pengulangan
stimuli maupun respon dapat dengan rangsangan guru yang bersifat memacu
semangat/motivasi sehingga stimuli yang dihasilkan oleh siswa akan lebih
optimal.
Teori
pengkondisian (conditing), belajar
atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Belajar
merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau
respon terhadap sesuatu. Kondisi ini melihat adanya kondisi pada saat pembelajaran
berlangsung, sehingga fleksibel sesuai apa yang sedang terjadi di dalam proses
pembelajaran.
Teori
penguatan, (reinforcement). Pada
teori pengkondisian yang diberi kondisi ialah perangsangnya/stimulinya,
sedangkan pada teori penguatan yang di kondisi ialah pada responsnya. Sehingga
siswa pada saat merespon stimuli dari guru, ketika mengalami keraguan atas
pemahaman materi yang diajarkan, guru memberikan penguatan terhadap responsnya
yaitu pada siswa.
Teori
kognitive-gestalt, menekankan pada peristiwa mental bukan lagi hubungan
stimulus dengan respons. Menurut gestalt belajar ialah siswa harus dapat
memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar ialah
mencari dan mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.
Peristiwa mental tersebut berupa keseimbangan dalam sebuah pembelajaran di
kelas. Seperti kita ketahui bahwasannya belajar di kelas membutuhkan peristiwa
mental yang dibangun dari guru maupun siswanya untuk saling berinteraksi satu
dengan lainnya, sehingga menimbulkan keteraturan dalam belajar yang lebih
efektif, efisien serta terarah menjadikan suatu
pembelajaran yang berjalan secara optimal.
0 komentar:
Post a Comment