Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang
Pada
abad 1950, Osborn mengkoordinir para pebisnis dan pendidik berkumpul bersama di
Annual Creative Problem Solving Institute di Buffalo. Mereka saling
sharing tentang metode dan teknik pembelajaran guna untuk mengembangkan
kreativitas pembelajaran yang berguna untuk masyarakat secara umum. Berdasarkan
perkumpulan itu, akhirnya menghasilkan sebuah program yang dikenal dengan Creatif
Problem Solving. Dalam program ini, terdapat enam kriteria yang yang
digunakan sebagai landasan dan sering dikenal dengan singkatan OFPISA (Objective
Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding).
Struktur
Creatif Problem Solving (CPS) diperkenalkan pertama kali oleh Osborn
sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah secara
kreatif. Osborn juga berpendapat bahwa hampir semua upaya pemecahan masalah itu
mencakup enam karakteristik tersebut. Begitu juga dalam konteks pembelajaran siswa
dapat menggunakan keenam tahap tersebut sebagai menyelasaikan permasalahan
siswa dalam belajar. Sedangkan guru hanya mengarahkan siswa untuk menggunakan pemecahan
masalah secara kreatif. Guru juga bertugas merangsang siswa agar bisa membuat
siswa berpikir, dan berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Untuk
menggunakan CPS sebagai pendekatan berpikir berbasis masalah harus melalui
Sinta proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-Parnes, yaitu : 1). Objective
Finding, guru membrainstorming siswa tentang sejumlah tujuan dan
sasaran yang dapat digunakan untuk kerja kreatif. Kemudian siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok dan diberi permasalahan untuk didiskusikan. Dalam
proses ini siswa diharapkan bisa menemukan solusi sebagai hasil dari diskusi;
2). Fact Finding, siswa membrainstorming semua fakta yang berkaitan
dengan sasaran tersebut. Guru menulis setiap perspektif yang dikemukakan siswa.
Kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk merefleksikan fakta yang
ditemukan apa saja yang relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan; 3). Problem
Finding, dalam kreativitas terdapat aspek terpenting, diantaranya yaitu
mendefinisikan kembali permasalahan yang diberikan agar siswa menjadi lebih
dekat dengan masalah, sehingga siswa dapat menemukan solusi dengan jelas. Salah
satu caranya yaitu dengan brainstorming; 4). Idea Finding,
gagasan-gagasan atau perspektif siswa didaftar untuk melihat kemungkinan
menjadi solusi dari permasalahan. Hal ini merupakan langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus
diapressiasi, meskipun gagasannya itu tidak relevan dengan sasaran. Setelah
gagasan terkumpul semua, kemudian disortir yang relevan dengan sasaran dan
gagasan yang potensial menjadi solusi; 5). Solution Finding, gagasan
yang memiliki potensi besar menjadi solusi dievaluasi bersama. Salah satuncaranya
dengan membrainstorming kriteria-kriteria yang dapat menemukan solusi
yang terbaik. Kriteria ini dievaluasi sampai menghasilkan penilaian final atas
gagasan yang terbaik untuk dijadikan solusi permasalahan; 6). Acceptence
Finding, pada tahap ini siswa mulai mempertimbangkan fakta-fakta yang didapat
dengan cara berpikir. Siswa diharapkan sudah bisa menemukan cara baru untuk
menyelesaikan permasalahan secara kreatif.
Sumber : Huda, Miftahul. 2013. MODEL-MODEL
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN : ISU-ISU METODIS DAN PARADIGMATIS. Yogyakarta
: PUSTAKA PELAJAR
0 komentar:
Post a Comment