Friday, November 28, 2014

Pendekatan Creative Problem Solving

Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Pada abad 1950, Osborn mengkoordinir para pebisnis dan pendidik berkumpul bersama di Annual Creative Problem Solving Institute di Buffalo. Mereka saling sharing tentang metode dan teknik pembelajaran guna untuk mengembangkan kreativitas pembelajaran yang berguna untuk masyarakat secara umum. Berdasarkan perkumpulan itu, akhirnya menghasilkan sebuah program yang dikenal dengan Creatif Problem Solving. Dalam program ini, terdapat enam kriteria yang yang digunakan sebagai landasan dan sering dikenal dengan singkatan OFPISA (Objective Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding).
Struktur Creatif Problem Solving (CPS) diperkenalkan pertama kali oleh Osborn sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif. Osborn juga berpendapat bahwa hampir semua upaya pemecahan masalah itu mencakup enam karakteristik tersebut.  Begitu juga dalam konteks pembelajaran siswa dapat menggunakan keenam tahap tersebut sebagai menyelasaikan permasalahan siswa dalam belajar. Sedangkan guru hanya mengarahkan siswa untuk menggunakan pemecahan masalah secara kreatif. Guru juga bertugas merangsang siswa agar bisa membuat siswa berpikir, dan berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Untuk menggunakan CPS sebagai pendekatan berpikir berbasis masalah harus melalui Sinta proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-Parnes, yaitu : 1). Objective Finding, guru membrainstorming siswa tentang sejumlah tujuan dan sasaran yang dapat digunakan untuk kerja kreatif. Kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok dan diberi permasalahan untuk didiskusikan. Dalam proses ini siswa diharapkan bisa menemukan solusi sebagai hasil dari diskusi; 2). Fact Finding, siswa membrainstorming semua fakta yang berkaitan dengan sasaran tersebut. Guru menulis setiap perspektif yang dikemukakan siswa. Kemudian guru memberi waktu kepada siswa untuk merefleksikan fakta yang ditemukan apa saja yang relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan; 3). Problem Finding, dalam kreativitas terdapat aspek terpenting, diantaranya yaitu mendefinisikan kembali permasalahan yang diberikan agar siswa menjadi lebih dekat dengan masalah, sehingga siswa dapat menemukan solusi dengan jelas. Salah satu caranya yaitu dengan brainstorming; 4). Idea Finding, gagasan-gagasan atau perspektif siswa didaftar untuk melihat kemungkinan menjadi solusi dari permasalahan. Hal ini merupakan langkah brainstorming  yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus diapressiasi, meskipun gagasannya itu tidak relevan dengan sasaran. Setelah gagasan terkumpul semua, kemudian disortir yang relevan dengan sasaran dan gagasan yang potensial menjadi solusi; 5). Solution Finding, gagasan yang memiliki potensi besar menjadi solusi dievaluasi bersama. Salah satuncaranya dengan membrainstorming kriteria-kriteria yang dapat menemukan solusi yang terbaik. Kriteria ini dievaluasi sampai menghasilkan penilaian final atas gagasan yang terbaik untuk dijadikan solusi permasalahan; 6). Acceptence Finding, pada tahap ini siswa mulai mempertimbangkan fakta-fakta yang didapat dengan cara berpikir. Siswa diharapkan sudah bisa menemukan cara baru untuk menyelesaikan permasalahan secara kreatif.


Sumber : Huda, Miftahul. 2013. MODEL-MODEL PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN : ISU-ISU METODIS DAN PARADIGMATIS. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR

0 komentar:

Post a Comment