Oleh : Eka Widiyani
1102413109
Sebagai
strategi belajar, discovery learning mempunyai
prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learninglebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah
yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa
oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga
peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian,
sedangkan problem solvinglebih memberi tekanan pada kemampuan
menyelesaikan masalah.
Dalam Konsep
Belajar, sesungguhnya strategi discovery learning merupakan
pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang
nampak dalam discovery, bahwa discovery adalah
pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem
coding. Pembentukan kategori-kategori dansistem-sistem coding dirumuskan
demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang
terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (events). Bruner memandang
bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan peserta didik
dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu,
meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3)
Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5)
Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep
merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir
yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan
menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas
dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses
belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan discoverylearning environment, yaitu
lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan
baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat
berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk
memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta
didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan
peserta didik dalam berfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan,
yaitu: enactiv, iconic, dansymbolic. Tahap enaktiv,
seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan
sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan
sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami
objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal.
Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.
Pada akhirnya
yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning menurut
Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau
ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Tahap Persiapan
dalam Aplikasi Model Discovery Learning
Seorang guru
bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelasharus
melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner,
yaitu:
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dansebagainya).
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contohgeneralisasi).
- Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dansebagainya untuk dipelajari siswa.
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak,atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalamBudiningsih, 2005:50).
0 komentar:
Post a Comment