Saturday, December 6, 2014

PEMBELAJARAN SEBAGAI PEMBERDAYAAN

Oleh Ali Rosyid
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
alie.rossyid@gmail.com

Teori-teori pemberdayaan yang berbeda pada umumnya memiliki satu kesamaan tema, yaitu bahwa tujuan utamanya adalah memperkuat kemampuan individu untuk mengontrol peristiwa-peristiwa personal yang terjadi dalam situasi sekolahnya setiap hari. Perspektif perspektif pemberdayaan fokus pada bagaimana seseorang mengungkapkan minat dilihat, bagaimana seseorang mengungkapkan minat dan keinginannya, dan bagaimana hasil operasional seseorang berkaitan dengan indikator-indikator keberhasilan.
Lima tahun kemudian, para penulis ini menyatakan bahwa pemberdayaan sudah disokong oleh sejumlah ilmuan behavioral adn sosial serta para prkatisi di berbagai bidang, seperti pendidikan, intervensi anak usia dini, intervensi berpusat pada keluarga, dan riset partisipatrois. Gagasan pemberdayaan merupakan kekuatan utama yang menegaskan pemikiran tentang kemampuan manusia dan peran yang mereka mainkan dalam membentuk takdirnya sendiri.
Pemberdayaan merujuk, baik pada perilaku maupun pada kepercayaan yang merefleksikan kemampuan seseorang dalam menguasai dan mengendalikan aspek-aspek penting dalam kehidupannya. Ada beberapa faktor kunci yang penting dalam pemberdayaan seorang siswa, yakni kemungkinan, peningkatan dan dorongan, kapabilitas, dan dukungan serta penguatan.
Kemungkinan digunakan untuk merujuk pada kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada individu-individu untuk mengggunakan kompetensinya yang sudah ada, serta belajar kompetensi-kompetensi baru yang dibutuhkan dalam memobilisasi sumber-sumber agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai aspirasinya.
Peningkatan dan dorongan digunakan untuk memfasilitasi aspek-aspek perilaku prososial dan positif yang dapat memperkuat sense of mastery.
Kapabilitas merujuk pada pengetahuan, skill, dan kompetensi uyang digunakan individu untuk memobilisasi sumber-sumber agar dapat memenuhi kebutuhan, mencapai aspirasi, dan menerapkan fungsi-fungsiindividualnya.
Dukungan dan penguatan merujuk pada praktik pelayananan yang dilakukan untuk pemberdayaan individu-individu.
Konsep pemberdayaan menekankan bahwa pengajaran merupakan kewajiban untuk diterapkan agar individu mau belajar, bergantung bagaimana seseorang merasakan dirinya sendiri. Jika seorang idividu merasa mampu, ia akan mendekati situasi pembelajar dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan jika ia merasa tidak nyaman, sakit, atau diabaikan.
Peran guru yang mengikuti paradigma ini akan berusaha menempatkan siswa dalam situasi yang memungkinkan mereka memiliki kepercayaan diri dalam mendekati tugas pembelajaran. Guru memahami bahwa siswa yang menguasai satu tugas pembelajaran akan mendekatkan tugas selanjutnya sengan lebuh percaya diri, dan ada kesempatan yang lebih besar untuk berhasil dalam mempelajari tugas yang baru ini.
Bagi para kritikus model pemberdayaan ini, guru yang mengikuti teori ini dianggap terlalu lunak pada pelajaran, yang menginginkan siswa hanya “merasakan sesuatu yang baik tentang dirinya sendiri”. Akan tetapi, berdasarkan beberapa studi yang dilakukan, guru yang mengikuti model pembelajaran ini justru mampu membuktikan bahwa siswa yang berhasil akan berhasil kembali, dan bahwa mereka yang tidak memiliki sense of empowerment akan mendekati setiap pelajaran yang baru dengan gelisahdan, karenanya, tidak bisa sukses.

Referensi :

Huda. Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.

0 komentar:

Post a Comment