Oleh Ali Rosyid
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
alie.rossyid@gmail.com
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
alie.rossyid@gmail.com
Teori-teori
pemberdayaan yang berbeda pada umumnya memiliki satu kesamaan tema, yaitu bahwa
tujuan utamanya adalah memperkuat kemampuan individu untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa personal yang terjadi dalam situasi sekolahnya setiap hari.
Perspektif perspektif pemberdayaan fokus pada bagaimana seseorang mengungkapkan
minat dilihat, bagaimana seseorang mengungkapkan minat dan keinginannya, dan
bagaimana hasil operasional seseorang berkaitan dengan indikator-indikator
keberhasilan.
Lima
tahun kemudian, para penulis ini menyatakan bahwa pemberdayaan sudah disokong
oleh sejumlah ilmuan behavioral adn sosial serta para prkatisi di berbagai
bidang, seperti pendidikan, intervensi anak usia dini, intervensi berpusat pada
keluarga, dan riset partisipatrois. Gagasan pemberdayaan merupakan kekuatan
utama yang menegaskan pemikiran tentang kemampuan manusia dan peran yang mereka
mainkan dalam membentuk takdirnya sendiri.
Pemberdayaan
merujuk, baik pada perilaku maupun pada kepercayaan yang merefleksikan
kemampuan seseorang dalam menguasai dan mengendalikan aspek-aspek penting dalam
kehidupannya. Ada beberapa faktor kunci yang penting dalam pemberdayaan seorang
siswa, yakni kemungkinan, peningkatan dan dorongan, kapabilitas, dan dukungan
serta penguatan.
Kemungkinan digunakan untuk merujuk pada kesempatan-kesempatan yang
diberikan kepada individu-individu untuk mengggunakan kompetensinya yang sudah
ada, serta belajar kompetensi-kompetensi baru yang dibutuhkan dalam
memobilisasi sumber-sumber agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai
aspirasinya.
Peningkatan dan dorongan digunakan untuk memfasilitasi
aspek-aspek perilaku prososial dan positif yang dapat memperkuat sense of mastery.
Kapabilitas merujuk pada pengetahuan, skill, dan kompetensi uyang
digunakan individu untuk memobilisasi sumber-sumber agar dapat memenuhi
kebutuhan, mencapai aspirasi, dan menerapkan fungsi-fungsiindividualnya.
Dukungan dan penguatan merujuk pada praktik pelayananan yang
dilakukan untuk pemberdayaan individu-individu.
Konsep
pemberdayaan menekankan bahwa pengajaran merupakan kewajiban untuk diterapkan
agar individu mau belajar, bergantung bagaimana seseorang merasakan dirinya
sendiri. Jika seorang idividu merasa mampu, ia akan mendekati situasi pembelajar
dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan jika ia merasa tidak nyaman,
sakit, atau diabaikan.
Peran
guru yang mengikuti paradigma ini akan berusaha menempatkan siswa dalam situasi
yang memungkinkan mereka memiliki kepercayaan diri dalam mendekati tugas
pembelajaran. Guru memahami bahwa siswa yang menguasai satu tugas pembelajaran
akan mendekatkan tugas selanjutnya sengan lebuh percaya diri, dan ada
kesempatan yang lebih besar untuk berhasil dalam mempelajari tugas yang baru
ini.
Bagi para
kritikus model pemberdayaan ini, guru yang mengikuti teori ini dianggap terlalu
lunak pada pelajaran, yang menginginkan siswa hanya “merasakan sesuatu yang
baik tentang dirinya sendiri”. Akan tetapi, berdasarkan beberapa studi yang
dilakukan, guru yang mengikuti model pembelajaran ini justru mampu membuktikan
bahwa siswa yang berhasil akan berhasil kembali, dan bahwa mereka yang tidak
memiliki sense of empowerment akan
mendekati setiap pelajaran yang baru dengan gelisahdan, karenanya, tidak bisa
sukses.
Referensi :
Huda. Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.
Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta.
0 komentar:
Post a Comment