Wednesday, December 24, 2014

Teori-Teori Belajar


Oleh : Arrum Dian W.
Belajar sendiri mempunyai makna yang sangat luas, yaitu suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang salah sampai sikap yang benar, dari tidak terampil melakukan sesuatu sampai dia terampil dan menguasainya. Belajar tidak hanya sekadar menerima informasi dan mengolahnya, tetapi belajar seharusnya melibatkan diri secara aktif membuat ataupun merevisi hasil belajar yang yang telah diterima menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan arti pembelajaran sendiri yaitu suatu sistem yang membantu individu dalam belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan disekitarnya. Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnya memuat ide-ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan juga diuji kebenaranya. Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, perancangan metode pembelajaran akan dilaksanakan di kelas maupun diluar kelas.
Menurut para ahli terdapat beberapa macam teori belajar, secara umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik. Teori yang pertama yaitu teori belajar behavioristik yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner mempunyai pandangan bahwa perubahan perilaku adalah sebagai hasil dari pengalaman yang telah didapat. Teori belajar behaviorisme menekankan pada model hubungan stimulus dan responya, respon atau perilaku tertentu terbentuk melalui metode pelatihan atau pembiasaaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan (reinforcement).
Sedangkan teori belajar kognitif/ kognitifistik ini mempunyai perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dan yang lampau. Model ini menekankan pada bagaimana informasi telah diproses. Yang ketiga yaitu teori belajar konstruktivisme yang ,erupakan landasan berfikir (filosofi) pembeljaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya akan diperluas  melalui konteks yang terbatas. Dengan teori ini siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat suatu keputusan. Siswa akan terlihat lebih paham karena melihat secara langsung.  
Selanjutnya, teori konstruktivisme dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu suatu tindakan menghasilkan sesuatu makna dari apa yang telah dipelajari sebelumnya. Berbeda dengan aliran behavioristik yang mengungkapkan bahwa hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon yang saling berhubungan kuat, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya yang telah di dapat. 
Yang terakhir, menurut Gagne dan Briggs mengemukakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini (Uno, 2006: 13).


0 komentar:

Post a Comment