Oleh : Arrum Dian W.
Belajar sendiri mempunyai makna yang
sangat luas, yaitu suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap yang salah sampai
sikap yang benar, dari tidak terampil melakukan sesuatu sampai dia terampil dan
menguasainya. Belajar tidak hanya sekadar menerima informasi dan mengolahnya,
tetapi belajar seharusnya melibatkan diri secara aktif membuat ataupun merevisi
hasil belajar yang yang telah diterima menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat
bagi dirinya. Sedangkan arti pembelajaran sendiri yaitu suatu sistem yang
membantu individu dalam belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan disekitarnya. Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnya memuat ide-ide, konsep, prosedur dan prinsip
yang dapat dipelajari, dianalisis dan juga diuji kebenaranya. Teori belajar
merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik, perancangan metode
pembelajaran akan dilaksanakan di kelas maupun diluar kelas.
Menurut para ahli terdapat beberapa
macam teori belajar, secara umum
teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1) Teori
Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar
Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik. Teori yang
pertama yaitu teori belajar behavioristik
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner mempunyai pandangan bahwa perubahan
perilaku adalah sebagai hasil dari pengalaman yang telah didapat. Teori belajar
behaviorisme menekankan pada model hubungan stimulus dan responya, respon atau
perilaku tertentu terbentuk melalui metode pelatihan atau pembiasaaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan (reinforcement).
Sedangkan teori belajar kognitif/ kognitifistik ini mempunyai perspektif
bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan
yang baru dan yang lampau. Model ini menekankan pada bagaimana informasi telah
diproses. Yang ketiga yaitu teori belajar konstruktivisme yang ,erupakan
landasan berfikir (filosofi) pembeljaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya akan diperluas melalui konteks yang terbatas. Dengan teori
ini siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat
suatu keputusan. Siswa akan terlihat lebih paham karena melihat secara langsung.
Selanjutnya, teori
konstruktivisme
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu suatu
tindakan menghasilkan sesuatu makna dari apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Berbeda dengan aliran behavioristik yang mengungkapkan bahwa hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon yang saling
berhubungan kuat, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan
manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya yang telah di dapat. Yang terakhir, menurut Gagne dan Briggs mengemukakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif. Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini (Uno, 2006: 13).
0 komentar:
Post a Comment