Thursday, January 1, 2015

Metode Penanaman Semangat dan Kebiasaan Belajar di Jepang Part III



Oleh : Eka Widiyani
1102413109

Program dan slogan seperti itu tahun ini di Perfectur Kyoto sangat menarik dibuatnya, yang mana pamphlet-nya disebarkan atau dibagikan dengan foto-foto dan pesan penyemangat dari para pemain sepakbola J-League yang terkenal seperti Nagatomo, Endo, Honda dan lainnya. Hal ini dimaksudkan ingin memberitahukan kepada anak-anak bahwa semangat dan kesuksesan mereka, yaitu para pemain sepakbola itu berkat melaksanakan program kedisiplinan dengan slogan tersebut. Suatu kebiasaan di Jepang jika seseorang sukses selalu membagikan pengalaman dan cara-cara mencapainya dengan semangat kepada anak-anak khususnya siswa Sekolah Dasar.
Kenapa Departemen Pendidikan Jepang sampai harus mengumandangkan slogan  ”Hayane, Hayaoki, Asagohan”? Pertama, berdasarkan hasil survey yang menyatakan bahwa jumlah kejahatan anak dan remaja yang semakin banyak. Misalnya tahun 2004 terdapat 134.852 kasus kejahatan anak dan remaja. Selain itu juga dirasakan ritme kehidupan anak-anak yang semakin “ngawur”. Misalnya adanya balita yang tidur sesudah jam 10 malam jumlahnya semakin bertambah. Dalam survey tahun 1990 diketahui bahwa jumlah yang sebesar 31% itu, 10 tahun kemudian (th 2000) menjadi 50%.
Jumlah murid SD yang tidak makan pagi juga dibandingkan 5 tahun sebelumnya terlihat penambahan yang mencolok.. Dari hasil survey masalah tersebut diketahui bahwa murid SD yang selalu makan pagi, tes atau ujiannya cenderung mendapat nilai yang tinggi. Demikian pula dengan hasil survey mengenai anak yang kurang tidur dan banyak begadang akan sulit bersemangat. Masalah seperti ini sangat serius ditangani oleh pemerintah jepang bekerjasama dengan guru dan orang tua murid. Apakah pemerintah Indonesia juga bisa tegas melaksanakan pendidikan dasar yang menumbuhkan semangat anak-anak Indonesia secara terus menerus?
Kelanjutan dari pemberian dan penumbuhan semangat kepada anak-anak Jepang, di Jepang siapapun mereka selalu dianjurkan hidup dengan gaya penghindaran unsur 3 K yaitu Kanashii, Kiken, Kitsui yang artinya masing-masing Sedih, Bahaya, Keras atau jelasnya kotor.
Membicarakan unsur “Kanashii” atau sedih, bisa dijelaskan bahwa sikap keseharian orang Jepang dalam hidupnya memang selalu menghindari hal-hal yang bisa membuat dirinya atau orang lain sedih, misalnya tidak memberi informasi secara jelas, tidak menepati janji, membingungkan, menganggu dan lain-lainnya.

Editor : Agus Adi R  ||  1102413093

0 komentar:

Post a Comment