Oleh : Eka Widiyani
1102413109
Program dan slogan
seperti itu tahun ini di Perfectur Kyoto sangat menarik dibuatnya, yang mana
pamphlet-nya disebarkan atau dibagikan dengan foto-foto dan pesan penyemangat
dari para pemain sepakbola J-League yang terkenal seperti Nagatomo, Endo, Honda
dan lainnya. Hal ini dimaksudkan ingin memberitahukan kepada anak-anak bahwa
semangat dan kesuksesan mereka, yaitu para pemain sepakbola itu berkat
melaksanakan program kedisiplinan dengan slogan tersebut. Suatu kebiasaan di
Jepang jika seseorang sukses selalu membagikan pengalaman dan cara-cara
mencapainya dengan semangat kepada anak-anak khususnya siswa Sekolah Dasar.
Kenapa Departemen
Pendidikan Jepang sampai harus mengumandangkan slogan ”Hayane, Hayaoki,
Asagohan”? Pertama, berdasarkan hasil survey yang menyatakan bahwa jumlah
kejahatan anak dan remaja yang semakin banyak. Misalnya tahun 2004 terdapat
134.852 kasus kejahatan anak dan remaja. Selain itu juga dirasakan ritme
kehidupan anak-anak yang semakin “ngawur”. Misalnya adanya balita yang tidur
sesudah jam 10 malam jumlahnya semakin bertambah. Dalam survey tahun 1990
diketahui bahwa jumlah yang sebesar 31% itu, 10 tahun kemudian (th 2000)
menjadi 50%.
Jumlah murid SD yang
tidak makan pagi juga dibandingkan 5 tahun sebelumnya terlihat penambahan yang
mencolok.. Dari hasil survey masalah tersebut diketahui bahwa murid SD yang
selalu makan pagi, tes atau ujiannya cenderung mendapat nilai yang tinggi.
Demikian pula dengan hasil survey mengenai anak yang kurang tidur dan banyak
begadang akan sulit bersemangat. Masalah seperti ini sangat serius ditangani
oleh pemerintah jepang bekerjasama dengan guru dan orang tua murid. Apakah pemerintah
Indonesia juga bisa tegas melaksanakan pendidikan dasar yang menumbuhkan
semangat anak-anak Indonesia secara terus menerus?
Kelanjutan dari
pemberian dan penumbuhan semangat kepada anak-anak Jepang, di Jepang siapapun
mereka selalu dianjurkan hidup dengan gaya penghindaran unsur 3 K yaitu
Kanashii, Kiken, Kitsui yang artinya masing-masing Sedih, Bahaya, Keras atau
jelasnya kotor.
Membicarakan unsur “Kanashii” atau sedih, bisa
dijelaskan bahwa sikap keseharian orang Jepang dalam hidupnya memang selalu
menghindari hal-hal yang bisa membuat dirinya atau orang lain sedih, misalnya
tidak memberi informasi secara jelas, tidak menepati janji, membingungkan,
menganggu dan lain-lainnya.
Editor : Agus Adi R || 1102413093






0 komentar:
Post a Comment