Oleh : Eka Widiyani
1102413109
Jika membicarakan
mengajar yang menyenangkan kepada anak, maka tidak terlepas dari kegiatan
bernyanyi dan menari. Kebanyakan guru-guru Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak
di Jepang disyaratkan harus bisa bermain alat musik khususnya piano. Diyakini
juga oleh para ahli pendidikan anak di Jepang, dengan mengajar melatih anak
mendengarkan musik dalam berkegiatan di sekolah, maka anak akan merasa
bersemangat dan terlatih daya ingatnya dengan irama musik dan gerakan-gerakan
yang menyertainya. Perbedaan seperti ini pula yang terlihat di Indonesia yang
kebayakan guru TK tidak disyaratkan seperti itu tetapi malah dengan syarat yang
lain seperti harus mampu bicara bahasa asing.
Menginjak usia Sekolah
Dasar (SD), anak-anak Jepang lebih serius dididik dan disemangati sepanjang
mereka belajar di sekolah. Dari segi materi pelajaran lebih banyak
diajarkan tentang ilmu-ilmu dan dari segi pelajaran kemandirian dan semangat
lebih ditekankan. Di Jepang, sistem masuk Sekolah Dasar diatur pemerintah, yang
salah satunya siswa yang bersekolah di SD tertentu adalah anak-anak yang
tinggal di sekitar komplek sekolah itu berada. Dengan begitu, anak-anak
disyaratkan harus berangkat dan pulang dari sekolah berjalan kaki bersama
teman-temannya yang rumahnya berdekatan. Siswa yang terbesar dalam kelompok itu
ditunjuk sebagai pemimpinnya dan harus bertangggungjawab. Hal ini yang berbeda
dengan cara bersekolah di Indonesia, yang mana banyak siswa yang sekolahnya
berada jauh dengan rumahnya dan harus diantar oleh orang tuanya dan tidak
jarang sampai di sekolah sudah capek dan kurang semangat.
Anak-anak usia Sekolah
Dasar di Jepang juga selalu dituntut bersemangat, salah satunya selalu diberi
ucapan bahasa Jepang “Gambatte Kudasai” yang artinya “Bersemangatlah” atau
“Berusahalah” atau “Berjuanglah”. Kata-kata penyemangat seperti itu sudah
menjadi kebudayaan Jepang yang mana siapapun, di manapun dan dalam suasana
apapun selalu diucapkan untuk saling menyemangati dalam berusaha memperoleh
hasil yang lebih baik. Apakah hal semacam ini juga bisa diterapkan di Indonesia
atau malah saling menghambat untuk tujuan menonjolkan diri?
Kata-kata dan kegiatan
menyemangati anak-anak Jepang tersebut tidak akan berhasil bila tidak ditunjang
dengan suasana dan keadaan yang mendukungnya. Karena hal tersebut, pemerintah
Jepang melalui Departemen Pendidikan meng-kampanye-kan suatu program kepada
pelajar di Jepang, serta orang tua mereka. Program tersebut berbentuk
slogan kata-kata “Hayane, Hayaoki, Asagohan” yang berarti “Tidur Cepat, Bangun
Cepat, Makan Pagi”.
Editor : Agus Adi R || 1102413093
0 komentar:
Post a Comment