Friday, December 12, 2014

Pembelajaran sebagai Representasi Gaya Belajar Individu

Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
rianarrifqi@gmail.com

Pada dasarnya manusia itu adalah mahkluk individu, dimana manusia itu memilik karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Dalam pembelajaran hal ini terbukti dalam kecerdasan setiap siswa dalam kelas. Sehingga tidak jarang siswa yang cerdas dalam salah satu mata pelajaran dan tidak bisa pada mata pelajaran yang lainnya. Atas dasar itu, para pendidik dan teoritikus menarik kesimpulan bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda dan hal itu berpengaruh dalam kemampuan perspektif, pemrosesan koqnitif, manajemen informasi, dan keragaman sensoriknya. Keefe (1979) berpendapat bahwa kunci paling penting dalam meningkatkan tanggung jawab guru dan memahami kebutuhan siswa secara individu adalah reformasi pendidikan.
Teori Dunn dan Dunn (Pembelajaran sebagai Representasi Gaya Belajar Individu) pada hakikatnya didasarkan pada teori lateralisasi otak (bran lateralization theory). Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya belahan otak manusia itu bisa lebih dominan dibandingkan dengan belahan tubuh yang lain. Teori ini juga yang mengatakan bahwa setiap manusia bisa belajar dimana pun karena lingkungan itu termasuk sumber belajar, intruksional, dan pendekatan-pendekatan yang berbeda juga akan berpengaruh terhadap gaya belajar yang berbeda pula.
Adapun penerapan dari model gaya belajar Dunn dan Dunn adalah dimulai dari penjelasan mengenai lingkungan belajar, seperti pemilihan suara, lampu, temperatur, dan desain ruangan. Selanjutnya, faktor emosional dapat mencakup elemen-elemen, seperti motivasi, tanggung jawab, ketekunan, dan struktur. Untuk faktor sosiologis, ada enam elemen yang menjadi karakteristiknya, seperti bekerja sendiri, bekerja berpasangan, bekerja dengan teman sejawat, bekerja dalam satu tim, bekerja dengan bimbingan orang dewasa, atau bekerja dalam kelompok yang beragam. Faktor keempat adalah faktor psikologis dengan elemen-elemen preferensi perseptual (seperti auditoris, visual, taktil,  atau modalitas kinestetik), asupan makan, target waktu, dan mobilitas. Yang terakhir yaitu faktor fisiologis yang elemen-elemennya mencakup elemen analitis (untuk matematika dan sains) dana elemen global (untuk seni). Faktor fisiologis juga merujuk pada sikap reflektif dan impulsif.
Elemen-elemen di atas merepretasikan faktor-faktor yang ada dengan mengombinasikannya secara berbeda, dapat mempengaruhi pembelajaran pada siswa. Model ini bukanlah alternatif untuk teori-teori yang sudah ada, melainkan sebagai pelengkap untuk teori-teori yang sudah ada berdasarkan pada teori neuropsikologis dan kognitif.
Singkatnya, ketika siswa belajar materi baru, elemen-elemen di atas perlu diperhatikan. Misalnya, 1) apakah ada suara-suara yang terdengan kecuali suara guru dan siswa dalam pembelajaran, seperti suara kipas angin perlu diperhatikan, 2) apakah lampu yang digunakan terlalu terang atau redup – seperti lampu meja, 3) desain ruangan kelas, formal atau non formal yang duduk di lantai karpet tanpa kursi, 4) bekerja sendiri atau bekerjasam, dalam kelompok atau tim, 5) tidak ada yang makan atau semua pada makan, 6) menyajikan serangkaian mata pelajarn atau hanya satu mata pelajaran.
Komponen terpenting dalam penerapan teori ini adalah bahwa masing-masing faktor di atas harus diterapkan berdasarkan kemampuan individu siswa. Selain itu, guru jga disarankan untuk membentuk kelompok kecil belajar. Guru yang menerapkan teori ini harus memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, karena siswa yang berprosesor global (otak kanan) tidak bisa bekerja secara mandiri, sementara mereka yang analitis (otak kiri). Karena ini maslah persepsi, maka tidak ada indikasi yang benar menganai siswa yang dominan otak kiri atau otak kanan (prosesor analitis atau prosesor global). Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki beragam modalitas teknik intruksional. Hal ini berarti guru harus merancang tugas-tugas yang mengharuskan siswa berpikir kinestetik di satu sisi, dan berpikir auditori dan visual di sisi lainnya.


Sumber :
Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Pelajar Offset.


0 komentar:

Post a Comment