Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
rianarrifqi@gmail.com
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
rianarrifqi@gmail.com
Pada dasarnya manusia itu adalah mahkluk individu, dimana manusia
itu memilik karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya.
Dalam pembelajaran hal ini terbukti dalam kecerdasan setiap siswa dalam kelas.
Sehingga tidak jarang siswa yang cerdas dalam salah satu mata pelajaran dan
tidak bisa pada mata pelajaran yang lainnya. Atas dasar itu, para pendidik dan
teoritikus menarik kesimpulan bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda dan hal itu berpengaruh dalam kemampuan perspektif, pemrosesan
koqnitif, manajemen informasi, dan keragaman sensoriknya. Keefe (1979)
berpendapat bahwa kunci paling penting dalam meningkatkan tanggung jawab guru
dan memahami kebutuhan siswa secara individu adalah reformasi pendidikan.
Teori Dunn dan Dunn (Pembelajaran sebagai Representasi Gaya Belajar
Individu) pada hakikatnya didasarkan pada teori lateralisasi otak (bran
lateralization theory). Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya belahan otak
manusia itu bisa lebih dominan dibandingkan dengan belahan tubuh yang lain.
Teori ini juga yang mengatakan bahwa setiap manusia bisa belajar dimana pun
karena lingkungan itu termasuk sumber belajar, intruksional, dan
pendekatan-pendekatan yang berbeda juga akan berpengaruh terhadap gaya belajar
yang berbeda pula.
Adapun penerapan dari model gaya belajar Dunn dan Dunn adalah
dimulai dari penjelasan mengenai lingkungan belajar, seperti pemilihan suara,
lampu, temperatur, dan desain ruangan. Selanjutnya, faktor emosional dapat
mencakup elemen-elemen, seperti motivasi, tanggung jawab, ketekunan, dan
struktur. Untuk faktor sosiologis, ada enam elemen yang menjadi
karakteristiknya, seperti bekerja sendiri, bekerja berpasangan, bekerja dengan
teman sejawat, bekerja dalam satu tim, bekerja dengan bimbingan orang dewasa,
atau bekerja dalam kelompok yang beragam. Faktor keempat adalah faktor
psikologis dengan elemen-elemen preferensi perseptual (seperti auditoris, visual,
taktil, atau modalitas kinestetik),
asupan makan, target waktu, dan mobilitas. Yang terakhir yaitu faktor
fisiologis yang elemen-elemennya mencakup elemen analitis (untuk matematika dan
sains) dana elemen global (untuk seni). Faktor fisiologis juga merujuk pada
sikap reflektif dan impulsif.
Elemen-elemen di atas merepretasikan faktor-faktor yang ada dengan
mengombinasikannya secara berbeda, dapat mempengaruhi pembelajaran pada siswa.
Model ini bukanlah alternatif untuk teori-teori yang sudah ada, melainkan
sebagai pelengkap untuk teori-teori yang sudah ada berdasarkan pada teori
neuropsikologis dan kognitif.
Singkatnya, ketika siswa belajar materi baru, elemen-elemen di atas
perlu diperhatikan. Misalnya, 1) apakah ada suara-suara yang terdengan kecuali
suara guru dan siswa dalam pembelajaran, seperti suara kipas angin perlu
diperhatikan, 2) apakah lampu yang digunakan terlalu terang atau redup –
seperti lampu meja, 3) desain ruangan kelas, formal atau non formal yang duduk
di lantai karpet tanpa kursi, 4) bekerja sendiri atau bekerjasam, dalam
kelompok atau tim, 5) tidak ada yang makan atau semua pada makan, 6) menyajikan
serangkaian mata pelajarn atau hanya satu mata pelajaran.
Komponen terpenting dalam penerapan teori ini adalah bahwa
masing-masing faktor di atas harus diterapkan berdasarkan kemampuan individu
siswa. Selain itu, guru jga disarankan untuk membentuk kelompok kecil belajar.
Guru yang menerapkan teori ini harus memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok, karena siswa yang berprosesor global (otak kanan)
tidak bisa bekerja secara mandiri, sementara mereka yang analitis (otak kiri).
Karena ini maslah persepsi, maka tidak ada indikasi yang benar menganai siswa
yang dominan otak kiri atau otak kanan (prosesor analitis atau prosesor global).
Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki beragam modalitas teknik
intruksional. Hal ini berarti guru harus merancang tugas-tugas yang
mengharuskan siswa berpikir kinestetik di satu sisi, dan berpikir auditori dan
visual di sisi lainnya.
Sumber :
Huda, M. (2013). Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka Pelajar Offset.






0 komentar:
Post a Comment