Thursday, December 18, 2014

Model Pembelajaran Tari Bambu

Oleh Cahya Aristya Buana
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa. Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.
1.   Pengenalan Teknik Tari Bambu
Tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran kecil lingkaran besar sering kali tidak bisa dilaksanakan karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di alam bebas.
2.   Penerapan belajar Kooperatif Tipe Tari Bambu
Langkah-langkah belajar kooperatif tipe tari bambu menurut Huda (2013:148) sebagai berikut.
Tari Bambu Individu :
1.    Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri berjajar.
2.    Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku.
3.    Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
4.    Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
5.    Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.
Tari Bambu Kelompok :
1.         Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
2.         Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas, kemudian mereka pun saling berbagi informasi.
Sedangkan Suprijono (2013:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan metode bamboo dancing (tari bambu) serupa dengan metode inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.
Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.

 Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

0 komentar:

Post a Comment