Oleh : Arrum Dian W.
Teori
belajar behavioristik memandang bahwa di dalam belajar hal yang paling penting
merupakan input dan outputnya. Yang dimaksud dari input itu sendiri yaitu
stimulus (rangsangan) yang di dapat, sedangkan yang dimaksud dengan output
adalah respon (tanggapan siswa dari rangsangan yang telah di dapat pada saat
siswa sedang belajar. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
perlu di perhatikan, karena di dalam proses tersebut tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Sedangkan hal yang perlu diamati dan diukur yaitu stimulus
dan respon yang ada, seberapa stimulus yang telah diterima oleh siswa apakah
sudah cukup atau kurang. Dan seberapa hasil yang telah tercapai dari siswa itu
sendiri setelah menerima stimulus. Teori belajar behavioristik ini lebih
mengutamakan ke dalam pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk mengetahui ada tidaknya perubahan tingkah laku di dalam siswa
yang telah terjadi setelah belajar.
Sedangkan untuk teori behavioristik
sendiri juga memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Dari segi kelebihan
sendiri teori behavioristik dapat di gunakan untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kelenturan, kecepatan spotanitas, refleks dan
daya tahan. Teori behavioristik ini juga cocok untuk diterapkan pada anak-anak
yang masih dominasi peran dari orang dewasa dalam proses belajarnya. Dari segi
kekurangan teori behavioristik yaitu pembelajaran yang hanya berpusat pada guru
(teacher centered learning) yang hanya berorientasi pada hasil yang di amati
dan diukur. Di dalam teori behavioristik yang di terapkan didalam pembelajaran
murid hanya mendengarkan tata tertib dari guru dan menghafalkan apa yang di
dengar dan apa yang dipandang sebagai
pembelajaran yang efektif dan siswa cenderung pasif di dalam pembelajaran karena
hanya menurut apa yang diperintahkan oleh guru maka dari itu siswa menjadi
kurang bisa mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya.






0 komentar:
Post a Comment