Oleh Mubashiroh
Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang
mubashiroh07@gmail.comPembelajaran dengan penemuan (discovery learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivitas yang telah memiliki sejarah penting dalam dunia pendidikan. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model
pembelajaran penemuan dibedakan menjadi dua, yaitu : (1). Model
pembelajaran penemuan bebas (free discovery learning) dan (2) model
pembelajaran terbimbing. Model pembelajaran penemuan bebas atau sering disebut
open ended discovery. Pada model penemuan ini, pembelajaran terpusat pada siswa
dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman
belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada
siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan
menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan. Kegiatan
penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya
dilakukan pada kelas yang pandai.
Model
pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery learning). Pada model ini,
guru ditempatkan sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia
diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan
atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4). Model penemuan terbimbing
atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya
dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan
pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan”
prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Pembelajaran
penemuan mempunyai kaitan intelektual yang jelas dengan pembelajaran berbasis
masalah. Pada kedua model ini, guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif,
orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau
mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran penemuan, guru
mengajukan pertanyaan dan memperbolehkan siswa untuk menemukan ide dan teori
mereka sendiri.
Karakteristik yang paling
jelas mengenai Discovery sebagai
metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan)
mengajar, bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode
mengajar lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan
suatu bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan
yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih besar untuk
belajar sendiri.
Dengan
mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan
metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi
aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.






0 komentar:
Post a Comment