Tokoh yang menganut teori ini
diantaranya Thorndike, Pavlove, Watson, Gutrie, Hull, Tolman, Skiner. Teori
behaviorisme ini menekankan pada aspek perilaku atau tingkah laku yang dapat
diamati atau diukur. Aspek lokus pembelajaran dalam teori behaviorisme ini
adalah stimuli dalam lingkungan eksternal. Tujuan dalam pendidikan itu sendiri
yakni untuk menghasilkan perubahan perilaku dalam arah yang dihasratkan.
Kemudian peran didalam pendidikan atas teori ini yakni menyusun lingkungan
untuk mendapatkan respons yang dihasratkan. Ciri-ciri dari teori behaviorisme
adalah: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil; (2) bersifat
mekanistis; (3) menekankan peranan lingkungan; (4) mementingkan pembentukan
reaksi atau respon; dan (5) menekankan pentingnya latihan (Syaoih sukamadinata,
2003:168).
Konektivisme merupakan teori yang
paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia
tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus respons
sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan stimulus respons
sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. pembentukan
hubungan stimulus respons dilakukan melalui ulangan-ulangan. Dengan demikian
teori ini memiliki kesamaan dalam cara mengajarnya dengan teori psikologi daya
atau herbartisme.
Thorndike menghasilkan teori belajar
“connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi
antara stimulus dan respons. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum
dalam belajar yaitu : (1) law of readines, belajar akan berhasil jika individu
memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan tersebut; (2) law of exercise yakni
belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan; (3) law of effect
yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang
baik. Ivan pavlov mengahasilkan teori belajar yang disebut “classical
conditioning” atau stimuli substitusion”. Teori penguatan atau “reinforcement”
merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori konektivisme. Kalau pada pengkondisian
(conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangan (stimulus), maka pada
teori ini penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responnya.
Jadi suatu respon diperkuat oleh
penghargaan berupa nilai yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal
ujian. Pemberian nilai adalah penerapan teori penguatan yang disebut juga
“operant conditioning” tokoh utamanya adalah Skinner yang mengembangkan program
pengajaran dengan berpegang pada teori penguatan tersebut. Program pembelajaran
yang terkenal dari skinner adalah “programmed instruction” dengan menggunakan
media buku atau mesin pengajaran. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran
tersusun dalam potongan bahan kecil-kecil, dan disajikan dalam bentuk informasi
dan tanya jawab.
Aditya Wahyu Prasetyo
TERIMA KASIH KAK ATAS ILMU YANG DIBERIKAN
ReplyDeletehttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fakhmadkhudri%2F.wordpress.com