Monday, December 29, 2014

Teori Behaviorisme pada komunikasi siswa


Tokoh yang menganut teori ini diantaranya Thorndike, Pavlove, Watson, Gutrie, Hull, Tolman, Skiner. Teori behaviorisme ini menekankan pada aspek perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Aspek lokus pembelajaran dalam teori behaviorisme ini adalah stimuli dalam lingkungan eksternal. Tujuan dalam pendidikan itu sendiri yakni untuk menghasilkan perubahan perilaku dalam arah yang dihasratkan. Kemudian peran didalam pendidikan atas teori ini yakni menyusun lingkungan untuk mendapatkan respons yang dihasratkan. Ciri-ciri dari teori behaviorisme adalah: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil; (2) bersifat mekanistis; (3) menekankan peranan lingkungan; (4) mementingkan pembentukan reaksi atau respon; dan (5) menekankan pentingnya latihan (Syaoih sukamadinata, 2003:168).

Konektivisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang jawaban atau stimulus respons sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan stimulus respons sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. pembentukan hubungan stimulus respons dilakukan melalui ulangan-ulangan. Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam cara mengajarnya dengan teori psikologi daya atau herbartisme.

Thorndike menghasilkan teori belajar “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : (1) law of readines, belajar akan berhasil jika individu memiliki kesiapan untuk melakukan kegiatan tersebut; (2) law of exercise yakni belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan; (3) law of effect yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Ivan pavlov mengahasilkan teori belajar yang disebut “classical conditioning” atau stimuli substitusion”. Teori penguatan atau “reinforcement” merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori konektivisme. Kalau pada pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangan (stimulus), maka pada teori ini penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responnya.

Jadi suatu respon diperkuat oleh penghargaan berupa nilai yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian. Pemberian nilai adalah penerapan teori penguatan yang disebut juga “operant conditioning” tokoh utamanya adalah Skinner yang mengembangkan program pengajaran dengan berpegang pada teori penguatan tersebut. Program pembelajaran yang terkenal dari skinner adalah “programmed instruction” dengan menggunakan media buku atau mesin pengajaran. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran tersusun dalam potongan bahan kecil-kecil, dan disajikan dalam bentuk informasi dan tanya jawab.


Aditya Wahyu Prasetyo


1 comment:

  1. TERIMA KASIH KAK ATAS ILMU YANG DIBERIKAN

    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fakhmadkhudri%2F.wordpress.com

    ReplyDelete