Thursday, December 4, 2014

Pembelajaran Sebagai Kontruksi Sosiokultural

Oleh Darsiyah
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Pengetahuan merupakan kontruksi atau bentukan dari orang yang mengenal sesuatu. Pengetahuan sendiri tidak bisa ditransfer dari seorang guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Paradigma teoritis ini didasarkan pada pembealajaran sebagai kontruksi pengetahuan diantara individu dan masyarakat. belajar merupakan bagian dari kehidupan social  sehingga kebanyakan proses belajar terjadi dalam setting social, dalam kelompok ataupun hasil interaksi dengan orang lain. Vygotsky (1978) menaruh perhatian pada proses pengembangan level-level berpikir tingkat tinggi, seperti memori, perhatian, pembuatan keputusan, dan pembentukan konsep. Masing-masing dari level ini berasal dari perkembangan cultural melalui eksplorasi pengetahuan.
Manusia sejak lahir merupakan makhluk social dan kolektif, sehingga perkembangan individu sangat bergantung pada kondisi sekitarnya, seperti kondisi rumah dan lingkungan belajar di sekolah. Vygotsky menegaskan bahwa kompetensi seorang anak harus dipahami melalui tiga aspek :
1.    Zona Aktual
     Zona actual merupakan hal yang merujuk pada apa yang dapat dilakukan seorang anak secara mandiri.
2.    Zona Potensial
     Zona potensial merupakan hal yang merujuk pada apa yang dapat dilakukan seorang anak untuk mengatur dirinya sendiri melalui bantuan orang lain.
3.    Zona Perkembangan dekat
     Zona perkembangan dekat yaitu yang muncul diantara zona actual dan zona potensial, yang merujuk pada jarak antara level perkembangan actual yang ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan level perkembangan potensial, yang ditentukan oleh kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi dengan rekan-rekannya yang lebih mampu.

Seorang guru yang mengikuti teori ini akan mendesain pembelajarn untuk memanfaatkan proses alamiah pembelajaran tersebut dari orang lain yang berpengetahuan. Siswa dapat meminta bantuan kepada orang yang lebih kompeten untuk dimintai bantuan, dengan demikian seorang guru dapat membentuk suatu kelompok-kelompok dimana individu-individu yang lebih kompeten diberi posisi untuk membantu individu yang kurang kompeten. Tugas-tugas itu bisa didesain untuk mendorong siswa untuk bercakap-cakap dengan yang lainnya dan bertukar ilmu serta informasi. Sehingga diantara mereka terjalin komuniksai dalam pembelajaran. 

0 komentar:

Post a Comment