Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, antara negara satu dengan negara lain seolah-olah tidak ada batasnya, semua orang bisa melihat apa saja yang ada di negara lain tanpa harus mengunjungi negara tersebut. Hal inilah yang sering disebut sebagai era globalisasi. Dewasa ini di era globalisasi banyak orang yang perilakunya terpengaruh akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga sampai ada yang lupa dengan budaya atau jati diri sendiri. Sungguh mengenaskan. Oleh karena itu, dalam pendidikan diadakan adanya model pembelajaran pendidikan karakter.
Model
pendidikan karakter merupakan model pembelajaran yang menanamkan
kebiasaan-kebiasaan (habituation) baik yang sesuai dengan jati diri bangsa.
Model ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang baik dan juga bisa
sebagai benteng dan filter terhadap budaya-budaya negara lain. Makna
karakter berbeda dengan makna moral. Moral itu hanya pengetahuan menganai hal
baik dan buruk, sedangkan karakter lebih menkankan pada tindakannya, yaitu
tindakan yang langsung dijalankan oleh otak.
Pendidikan
karakter dapat disampaikan melalu beberapa metode sebagai berikut : (1). Metode
keteladanan, metode ini sangat cocok digunakan pada tingkat SD ke bawah karena anak-anak
pada usia itu masih suka meniru apa yang ia lihat, dan dengar. Jadi, guru,
orang tua, dan masyarakat harus memberi contoh atau teladan yang baik agar
anak-anak tersebut bisa meniru dan akhirnya akan melekat dalam diri anak dan
menjadi sebuah karakter; (2). Metode siswa aktif, guru hanya memberikan materi
pokok, kemudian siswa bersama kelompoknya mencari tambah materi yang lebih
detail, yaitu mencari data, menganalisis, sampai menyimpulkannya. Dalam proses
tersebut, siswa secara tidak langsung mempelajari nilai-nilai karakter, seperti
kejujuran, kreativitas, ketelitian, kerja sama, dan daya juang; (3). Metode
Demokrasi, yaitu anak diberi kebebasan untuk mencari nilai-nilai yang
diharapkan, kemudian siswa menanggapi atas nilai yang ditemukan, sedangkan guru
hanya mengarahkan pada penemuan nilai tersebut. Metode ini melatih anak untuk
menanamkan nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang
lain, dan toleransi; (4). Metode Pencarian Bersama, yaitu guru bersama dengan
siswa bekerjasama untuk mencari nilai-nilai yang diharapkan dengan diskusi dari
masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitar; (5). Metode Live In,
yaitu siswa ditempatkan di tempat orang yang berbeda dengan situasi hidupnya
sehari-hari dengan harapan agar anak mendapatkan pengalaman baru dan juga bisa
mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Sumber : Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA
0 komentar:
Post a Comment