Friday, October 17, 2014

Model Pendidikan Karakter

Oleh Rian Rifqi Ariyanto
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

          Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, antara negara satu dengan negara lain seolah-olah tidak ada batasnya, semua orang bisa melihat apa saja yang ada di negara lain tanpa harus mengunjungi negara tersebut. Hal inilah yang sering disebut sebagai era globalisasi. Dewasa ini di era globalisasi banyak orang yang perilakunya terpengaruh akibat dari  kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga sampai ada yang lupa dengan budaya atau jati diri sendiri. Sungguh mengenaskan. Oleh karena itu, dalam pendidikan diadakan adanya model pembelajaran pendidikan karakter.
Model pendidikan karakter merupakan model pembelajaran yang menanamkan kebiasaan-kebiasaan (habituation) baik yang sesuai dengan jati diri bangsa. Model ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa yang baik dan juga bisa sebagai benteng dan filter terhadap budaya-budaya negara lain. Makna karakter berbeda dengan makna moral. Moral itu hanya pengetahuan menganai hal baik dan buruk, sedangkan karakter lebih menkankan pada tindakannya, yaitu tindakan yang langsung dijalankan oleh otak.
Pendidikan karakter dapat disampaikan melalu beberapa metode sebagai berikut : (1). Metode keteladanan, metode ini sangat cocok digunakan pada tingkat SD ke bawah karena anak-anak pada usia itu masih suka meniru apa yang ia lihat, dan dengar. Jadi, guru, orang tua, dan masyarakat harus memberi contoh atau teladan yang baik agar anak-anak tersebut bisa meniru dan akhirnya akan melekat dalam diri anak dan menjadi sebuah karakter; (2). Metode siswa aktif, guru hanya memberikan materi pokok, kemudian siswa bersama kelompoknya mencari tambah materi yang lebih detail, yaitu mencari data, menganalisis, sampai menyimpulkannya. Dalam proses tersebut, siswa secara tidak langsung mempelajari nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, kreativitas, ketelitian, kerja sama, dan daya juang; (3). Metode Demokrasi, yaitu anak diberi kebebasan untuk mencari nilai-nilai yang diharapkan, kemudian siswa menanggapi atas nilai yang ditemukan, sedangkan guru hanya mengarahkan pada penemuan nilai tersebut. Metode ini melatih anak untuk menanamkan nilai-nilai keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, dan toleransi; (4). Metode Pencarian Bersama, yaitu guru bersama dengan siswa bekerjasama untuk mencari nilai-nilai yang diharapkan dengan diskusi dari masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitar; (5). Metode Live In, yaitu siswa ditempatkan di tempat orang yang berbeda dengan situasi hidupnya sehari-hari dengan harapan agar anak mendapatkan pengalaman baru dan juga bisa mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Sumber : Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA


0 komentar:

Post a Comment